“Dan janganlah kamu iri hati terhadap karunia yang telah dilebihkan Allah kepada sebagian kamu atas sebagian yang lain. (Karena) bagi orang laki-laki ada bagian dari pada apa yang mereka usahakan, dan bagi para perempuan (pun) ada bagian dari apa yang mereka usahakan. Mohonlah kepada Allah sebagian dari karunia-Nya. Sungguh, Allah Maha Mengetahui segala sesuatu.” (QS An Nisaa [4]: 32).
Dalam dunia yang hanya panggung sandiwara ini, berpegang teguh pada ajaran Islam merupakan suatu keharusan. Jadikan sabar dan shalat sebagai penolong. Jika kita mengembangkan sifat iri hati dan dengki ketika melihat kesuksesan teman, maka sifat itu tidak akan mendatangkan kebaikan, tetapi justru akan membawa keburukan dan kerugian bagi kita.
Nasihat Allah dalam Alquran di atas membawa kita pada pemahaman yang konkret bahwa Allah SWT memberikan karunia-Nya kepada siapa yang dikehendaki-Nya. Artinya, semua karunia, baik berupa kedudukan (jabatan), harta dan kemuliaan, telah diatur oleh Allah SWT. Oleh karena itu, tidak ada alasan sedikitpun bagi kita untuk iri hati “Janganlah kamu iri hati terhadap karunia yang telah dilebihkan Allah kepada sebagian kamu atas sebagian yang lain.”
Pada bagian lain, Allah SWT juga mengingatkan agar kita tidak mengembangkan sifat dengki terhadap teman yang sukses.
Firman Allah SWT: “Alangkah buruknya (hasil perbuatan) mereka yang menjual dirinya sendiri dengan kekafiran kepada apa yang telah diturunkan Allah, karena dengki bahwa Allah menurunkan karunia-Nya kepada siapa yang dikehendaki-Nya di antara hamba-hamba-Nya...” (QS Al Baqarah [2]: 90)
Perbuatan dengki hanya mendatangkan murka Allah SWT, dan termasuk penyakit hati yang sangat berbahaya. Oleh karena itu, harus tertanam dalam jiwa kita sejak dini untuk menghindarkan diri dari sifat iri dan dengki dengan sekuat tenaga. Semua sifat itu dapat mengikis amal kebaikan yang telah kita perbuat, sebagaimana api memakan kayu.
Pesan Rasulullah saw: “Waspadalah terhadap hasud (iri dan dengki), sesungguhnya hasud mengikis pahala-pahala sebagaimana api memakan kayu”. (HR Abu Dawud).
Ada lima hal yang harus dilakukan untuk membangun sifat lapang dada sehingga tercapai kebahagiaan hidup:
1. Ikhlas. Bekerja dengan niat hanya untuk mencari ridha Allah SWT dan bukan untuk mengejar posisi atau kedudukan.
2. Syukur Nikmat. Selalu melihat orang yang berada di bawah kita sehingga kita akan selalu bersyukur.
3. Cari jalan untuk aktualisasi diri. Mencari agar kita dapat melakukan aktualisasi diri seandainya di tempat bekerja kita saat ini belum dapat melakukannya.
4. Jangan menghitung amal. Hindarkan diri dari menghitung-hitung prestasi yang sudah pernah dibuat. Karena sesungguhnya, menghitung prestasi berarti menggali lubang penderitaan
5. Tawakal. Serahkan segala hal yang sudah diusahkan hanya kepada Allah semata.
Cobalah renungkan nasehat dari Hatim Al Ashom ketika dia ditanya oleh seorang lelaki, “Atas dasar apa engkau mendasari urusanmu sendiri saat bertawakal kepada Allah?”
Beliau menjawab: ”Di atas empat perkara: Pertama, aku tahu bahwa rezekiku tidak akan dimakan oleh orang lain, sehingga aku merasa tenang karenanya. Kedua, aku tahu bahwa amalanku tidak akan bisa dikerjakan orang lain, sehingga aku sibuk mengerjakannya. Ketiga, aku tahu bahwa kematian itu bisa datang tiba-tiba, sehingga aku segera beramal. Keempat, aku tahu bahwa aku tidak akan lepas dari pandangan Allah di manapun aku berada, sehingga aku merasa malu karenanya”.
Membangun sifat lapang dada itu sulit, tapi yakinlah bahwa semua itu akan menjadi mudah bagi kita dengan lima hal di atas. Tentu saja seraya mengharap pertolongan-Nya. Mulai dari sekarang bila ada sedikit saja sifat iri dan dengki itu dalam kalbu kita, segera buang jauh! Selanjutnya kita mulai dengan berlapang dada!
Wallahu a'lam bish-shawab . (Sumber)
0 komentar:
Posting Komentar